METABOLISME ZAT GIZI MAKRO
“Perubahan Biokimia Pada Tubuh Pada Saat Puasa”
OLEH
DARWIN HAMENTE
D1C1 13 092
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Perubahan Biokimia Pada Tubuh Pada Saat Puasa”.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kuliah “Metabolism Zat Gizi Makro” dan untuk menambah wawasan tentang perubahan biokimia pada tubuh pada saat puasa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kendari, 18 juni 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan melaksanakan puasa. Ibadah puasa di bulan Ramadhan diyakini dapat merubah perilaku, pemikiran dan fisik orang yang melakukannya. Kewajiban berpuasa yang dilakukan dalam satu bulan dengan setiap harinya menahan haus dan lapar serta nafsu dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari waktu subuh sampai waktu maghrib, memang mengandung banyak manfaat kebaikan bagi manusia yang akan kita kaji bersama dalam tulisan ini, terutama ditinjau dari aspek biokimia.
Secara biokimia sel yang ada dalam tubuh kita dilihat dari segi reproduksinya terbagi menjadi dua yaitu, mitosis dan meiosis. Meosis terjadi pada sel reproduksi 1 sel membelah jadi 4, sedangkan Mitosis terjadi untuk berbagai jenis sel dari ujung rambut ujung kaki dengan proses pembelahan sel 1 menjadi 2, 2 jadi 4 dan seterusnya. Karena jumlah sel dalam tubuh kita miliaran maka adanya kerusakan sel dalam tubuh dan perlunya pergantian suku cadang.
Tetapi, proses pembelahan sel tidak selalu berjalan mulus dan teratur karena banyaknya gangguan. Ternyata dengan berpuasa kondisi ini bisa dicegah. Selama kondisi shaum tubuh kita memerlukan banyak energi, tetapi karena tidak makan dan minum maka sumber energi yang dipakai berasal dari glikogen di dalam hati, juga lapisan lemak di belakang kulit kita. Dengan banyaknya pemakaian cadangan energi dalam tubuh menyebabkan proses pembelahan sel berjalan serentak dan banyak.
Namun proses ini pun masih dapat terganggu apabila energi cadangan ini untuk keperluan lain, misalnya marah-marah. Karena energi untuk pembelahan sel dimanfaatkan untuk melampiaskan hawa nafsu. Ini salah satu hikmah mengapa selama bulan shaum kita harus menahan marah.
Proses penggantian sel ini juga membutuhkan waktu, lamanya penggantian suku cadang secara menyeluruh dari ujung rambut ke ujung kaki sekitar 30 hari. Ini juga hikmah lain mengapa shaum dijalankan selama satu bulan gunanya memberikan waktu yang cukup bagi terjadinya regenerasi sel secara sempurna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada makalah ini, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses biokimia dalam tubuh pada saat berpuasa?
2. Bagaimana metabolisme tubuh selama berpuasa?
3. Bagaimana metabolisme energi pada saat puasa?
4. Bagaimana peran jaringan adiposa selama puasa?
5. Bagaimana perubahan metabolik selama puasa jangka panjang?
6. Bagaimana pengaturan metabolisme karbohidrat dan lemak selama puasa?
7. Bagaimana adaptasi fisiologis kebutuhan energi saat puasa?
8. Bagaimana manfaat puasa bagi kesehatan tubuh?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar para pembaca mampu memahami tentang:
1. Proses biokimia dalam tubuh pada saat berpuasa
2. Metabolisme tubuh selama berpuasa
3. Metabolisme energi pada saat puasa
4. Peran jaringan adiposa selama puasa
5. Perubahan metabolik selama puasa jangka panjang
6. Pengaturan metabolisme karbohidrat dan lemak selama puasa
7. Adaptasi fisiologis kebutuhan energi saat puasa
8. Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Biokimia Dalam Tubuh Pada Saat Berpuasa
Menurut LPPOM MUI (2010), puasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta meremajakan tubuh dari sel-sel yang telah mati. Secara biokimia sel yang ada dalam tubuh kita dilihat dari segi reproduksinya terbagi dua, yaitu meosis dan mitosis. Meosis terjadi pada sel reproduksi 1 sel membelah jadi 4, sedangkan Mitosis terjadi untuk berbagai jenis sel dari ujung rambut ujung kaki dengan proses pembelahan sel 1 menjadi 2, 2 jadi 4 dan seterusnya. Karena jumlah sel dalam tubuh kita miliaran maka adanya kerusakan sel dalam tubuh dan perlunya penggantian suku cadang.
Tetapi, proses pembelahan sel tidak selalu berjalan mulus dan teratur karena banyaknya gangguan. Ternyata dengan berpuasa kondisi ini bisa dicegah. Selama kondisi berpuasa tubuh kita memerlukan banyak energi, tetapi karena tidak makan dan minum maka sumber energi yang dipakai berasal dari glikogen di dalam hati, juga lapisan lemak di belakang kulit kita. Dengan banyaknya pemakaian cadangan energi dalam tubuh menyebabkan proses pembelahan sel berjalan serentak dan banyak.
Namun proses ini pun masih dapat terganggu apabila energi cadangan ini untuk keperluan lain, misalnya marah-marah. Karena energi untuk pembelahan sel dimanfaatkan untuk melampiaskan hawa nafsu. Ini salah satu hikmah mengapa selama berpuasa kita harus menahan marah.
Proses penggantian sel ini juga membutuhkan waktu, lamanya penggantian suku cadang secara menyeluruh dari ujung rambut ke ujung kaki sekitar 30 hari. Ini juga hikmah lain mengapa berpuasa dijalankan selama satu bulan gunanya memberikan waktu yang cukup bagi terjadinya regenerasi sel secara sempurna. Dengan satu bulan penuh menunaikan berpuasa Ramadhan dengan benar dan baik, jika secara ruhani Allah menjanjikan dosa akan terampuni, selain itu juga secara fisik kita melakukan peremajaan sel dalam tubuh kita. Allah swt. berfirman tentang anjuran berpuasa bagi kaum muslimin dalam Qur’an surah Albaqarah yang tertera dalam ayat 183, yang berbunyi yaitu sebagai berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”. (Q.S Al-Baqarah:183).
Dalam Kumpulan Perubatan Elektronik Cawangan Kuala Terengganu (2011) menyatakan bahwa Dr. Muhammad Munid dan kawan-kawan dari Turki juga melakukan sebuah penelitian terhadap seratus responden orang Islam yang berpuasa. Sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir bulan Ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein, total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah lainnya. Hasilnya adalah telah terjadi penurunan umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa, terjadinya penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa, sebab sebelum puasa Ramadhan, kenyataan ini menegaskan tidak adanya pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan Ramadhan. Dengan berpuasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat.
2.2 Metabolisme Tubuh Selama Berpuasa
Energi dari makanan dimanfaatkan oleh otot-otot supaya dapat bekerja/beraktivitas ataupun digunakan untuk sintesis berbagai senyawa penting yang digunakan untuk membangun, mengatur, meregenerasi ataupun menyusun sel tubuh.
Sel-sel tubuh manusia dapat memperoleh energi dari glukosa, asam lemak bebas, triasil gliserol, dan asam amino yang tersedia di plasma darah atau dari bahan yang tersimpan dalam jaringan-jaringan tubuh sebagai cadangan energi berupa glikogen (otot dan hati), lemak (jaringan adiposa di bawah kulit), dan protein (otot). Total energi yang dapat diperoleh seseorang dengan berat badan 70 kg, baik dari plasma darah (113 kilokalori) maupun jaringan tubuh (166.740 kilokalori), sebenarnya dapat menyuplai kebutuhan selama satu sampai tiga bulan, tergantung aktivitasnya.
Bagi pekerja berat, energi yang dibutuhkan dalam sehari tidak lebih dari 6.000 kilokalori sehingga cadangan energi lebih 165.000 kilokalori bisa digunakan bertahan hidup selama lebih dari satu bulan tanpa mengonsumsi makanan sama sekali.
Berpantang makan dan minum dalam puasa (fasting, bukan starvation) bagi seorang muslim mempunyai rentang waktu antara 12-18 jam. Rentang waktu itu terbagi menjadi fase penyerapan makanan (fed state) dan pasca penyerapan (fasting state). Setelah sahur (fase penyerapan), makanan yang kita makan dalam bentuk molekul kompleks seperti karbohidrat polisakarida, protein, dan lemak akan didigesti di saluran cerna menjadi molekul sederhana seperti glukosa, asam amino, asam lemak, dan gliserol. Molekul sederhana ini akan diabsorbsi (diserap) dan ditranspor dari usus ke hati. Selanjutnya dimetabolisme di hati dan dibawa ke jantung untuk didistribusikan ke seluruh sel tubuh melalui aliran darah dan dimanfaatkan sebagai sumber energi dan bahan baku untuk sintesis makromolekul yang dibutuhkan. Absorbsi makanan ini berlangsung antara tiga sampai enam jam, tergantung jumlah dan kandungan makanan yang dikonsumsi saat sahur. Bersahur dengan jenis makanan yang kompleks (polisakarida) dan berenergi tinggi dari sumber karbohidrat (nasi, roti, madu) serta banyak mengandung serat (sayur dan buah) akan memperlambat pengosongan lambung sehingga masa absorbsi lebih lama/rasa lapar lebih lambat.
Sumber protein dan lemak (ikan, daging, tempe, tahu, produk susu selain susu kental manis) serta vitamin dan mineral juga mesti tersedia dalam sahur. Hanya mengonsumsi makanan dengan kadar karbohidrat sangat tinggi, apalagi dalam bentuk yang sederhana seperti makanan/minuman yang manis dengan indeks glikemik tinggi (cepat diubah menjadi glukosa), sebaiknya dihindari karena dapat mengakibatkan peningkatan insulin yang tinggi secara tiba-tiba. Ini akan menyebabkan glukosa darah juga lebih cepat turun dan cepat merasa lapar. Selain itu, makanan seperti sayur kol, kubis, telur, singkong, minuman bersoda, termasuk gorengan dan makanan berlemak atau pedas juga sebaiknya dikurangi karena dapat menghasilkan banyak gas dan menyulitkan pencernaan.
Setelah mengonsumsi makanan di waktu sahur, kadar glukosa, lemak, dan asam amino dalam darah akan meningkat. Kondisi ini direspons oleh otak dengan mengirim sinyal ke sel beta-pulau langerhans pankreas untuk memproduksi hormon insulin (hormon anabolik) dan menghambat pembentukan hormon glukagon. Insulin kemudian dibawa aliran darah ke sel/organ target (terutama otot dan hati) yang memiliki reseptor terhadap insulin. Interaksi insulin dan reseptornya mengakibatkan glukosa darah dapat masuk ke dalam sel melalui transpor glukosa (GLUT) sehingga glukosa dalam darah dari proses absorbsi terangkut dan dapat dimanfaatkan oleh sel. Glukosa selanjutnya dioksidasi menjadi energi dan disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi, terutama di sel-sel otot (digunakan oleh otot saja) dan hati (cadangan glukosa untuk semua organ) melalui proses glikogenesis. Keadaan ini terjadi sampai pagi hari menjelang siang.
Fase berikutnya, fasting state, adalah masa setelah penyerapan seluruh makanan dalam saluran cerna hingga masuk waktu berbuka puasa. Di Indonesia, dengan mengikuti anjuran cerdas Nabi untuk mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Kita sebenarnya hanya menjalani masa ini (puasa) selama sekitar 8-10 jam sehingga tidak akan mengganggu aktivitas penting dan tentunya tidak memberatkan tubuh. Selama fase ini, terjadi proses katabolisme, unsur-unsur zat makanan dirombak melalui proses oksidasi untuk menghasilkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh dipasok dari cadangan makanan (glikogen dan triasil gliserol) karena tidak ada lagi makanan yang diabsorbsi usus.
Rasa lapar dan mengantuk yang terjadi menjelang siang sebenarnya disebabkan oleh rendahnya kadar glukosa darah akibat berakhirnya fase absorbsi. Akan tetapi, kondisi ini tidak berlangsung lama karena rasa lapar akan direspons oleh otak yang memang mengandalkan pasokan energi dari glukosa. Otak mengirimkan sinyaal ke pankreas untuk memproduksi hormon glukagon dan menghentikan pelepasan insulin sehingga memacu perombakan makromolekul. Selama fase ini, hati berperan penting memasok kebutuhan glukosa seluruh tubuh, terutama sel yang mengandalkan kebutuhan energinya dari bahan bakar glukosa. Pasokan glukosa tersebut tetap dapat memenuhi kebutuhan sampai waktu berbuka dengan memprioritaskan otak/saraf dan sel darah merah (eritrosit).
Proses lipolisis yang terjadi di hati tidak hanya bermanfaat menyediakan energi dalam jumlah besar, tetapi juga berefek pada detoksikasi dengan ikut mendegradasi zat beracun yang terlarut dalam lemak. Beberapa penelitian terkait dengan puasa melaporkan terjadinya peningkatan aktivitas makrofag, leukosit, limfosit, neutrofil, monosit, sel natural killer, dan peningkatan kadar antibodi yang berperan dalam imunitas baik dalam melawan mikroorganisme penyebab penyakit (virus dan bakteri) maupun melawan sel kanker. Selain itu, pengamatan fraksi lipid pada orang yang berpuasa menunjukkan kecenderungan penurunan kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein, kolesterol jahat penyebab aterosklerosis) dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) yang berperan mengangkut lemak dari jaringan perifer ke hati untuk dimetabolisme. Pada fase ini juga, penggunaan protein sebagai bahan bakar energi diminimalisasi karena diprioritaskan untuk menjalankan fungsi biologisnya. Pada saat kelaparan, protein merupakan bahan bakar terakhir yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi melalui proses proteolisis yang berakibat massa otot berkurang (pengurusan).
Saat berbuka puasa, kebutuhan tubuh akan energi dan air disuplai kembali sebelum tubuh merasa berat dan mengalami gangguan. Kurma atau makanan/minuman manis (gula sederhana) akan cepat memulihkan kadar glukosa darah yang sangat dibutuhkan dan mudah/langsung dimetabolisme oleh otak.
2.3 Metabolisme Energi Pada Saat Puasa
Kadar glukosa darah memuncak pada sekitar 2 jam setelah makan sahur karena proses glikolisis, empat jam setelah itu, kadar kembali ke rantang puasa (antara 80-100 mg/dL) seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Penurunan glukosa menyebabkan penurunan sekresi insulin. Hati berespon terhadap hal ini dengan memulai degradasi simpanan oksigen dan melepaskan glukosa dalam darah. Pada awalnya, simpanan glikogen diuraikan untuk memasok glukosa ke dalam darah (glikogenolysis), tetapi simpanan ini terbatas. Walaupun kadar glikogen hati dapat meningkat sampai 200-300 g setelah makan, hanya sekitar 80 g yang masih tersisia setelah puasa 1 malam. Hati memiliki mekanisme lain untuk menghasilkan glukosa darah.
Proses ini yang dikenal sebagai glukoneogenesis yang menggunakan sumber-sumber karbon berupa laktat (glikolisis di dalam sle darah merah), gliserol (lipolisis triasilgliserol adiposa), dan asam amino (pemecahan protein otot). Asam lemak tidak dapat menyediakan karbon untuk glukoneogenesis. Dari simpanan energi makanan triasilgliserol jaringan adiposa yang berjumlah besar, hanya sebagian kecil terutama gugus gliserol yang dapat digunakan untuk menghasilkan glukosa dalam darah. Setelah beberapa jam puasa glukoneogenesis mulai menambah glukosa yang dihasilkan glikogenolisis di hati.
Bila puasa berlanjut, glukoneogenesis menjadi lebih penting sebagai sumber glukosa darah. Setelah sekitar 30 jam berpuasa, simpanan glikogen hati habis dan glukoneogenesis menjadi satu-satunya sumber glukosa darah. Pasokan minimal glukosa mungkin diperlukan dalam jaringan ekstra hepatik untuk mempertahankan konsentrasi oksaloasetat dan bentukan siklus asam sitrat. Disamping itu, glukosa merupakan sumber utama gliserol 3 fosfat dalam jaringan yang tidak mempunyai energi gliserol kinase seperti jaringan adiposa.
2.4 Peran Jaringan Adiposa Selama Puasa
Triasilgliserol merupakan sumber utama energi selama puasa. Sewaktu kadar insulin menurun dan kadar glukagon darah meningkat, triasilgliserol adiposa dimobilisasi oleh suatu proses lipolisis. Pemecahannya menghasilkan gliserol dan asam lemak. Asam lemak berfungsi sebagia bahan bakar untuk jaringan misalnya otot, ginjal yang mengoksidasinya menjadi asetil koA dan kemudian menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Sebagian besar asam lemak masuk ke hati diubah menjadi benda keton. Benda keton ini dapat dioksidasi lebih lanjut oleh jaringan misalnya otot dan ginjal. Di jaringan tersebut asetoasetat dan beta-hidroksibutirat diubah menjadi asetil KoA dan kemudian menjadi CO2 dan H2O disertai pembentukan energi. Pada intinyam kadar glukosa dipertahankan dalam rentang 80-100 mg/dL dan kadar asam lemak serta benda keton meningkat. Otot menggunakan asam lemak, benda keton, dan (sewaktu sedang olahraga dan saat pasokan masih ada) glukosa dari glikogen otot. Banyak jaringan yang menggunakan campuran asam lemak dan benda keton.
2.5 Perubahan Metabolik Selama Puasa Jangka Panjang
Apabila penggunaan bahan bakar yang terjadi selama puasa terus berlangsung untuk jangka lama, protein tubuh akan cepat dikonsumsi sampai suatu ketika fungsi kritis terganggu. Untungnya, perubahan metabolik yang terjadi selama puasa tidak menghabiskan protein otot. Setelah berpuasa 4 sampai 5 hari, otot mengurangi penggunaan benda keton dan terutama bergantung pada asam-asam lemak untuk memasok energi. Namun, hati terus mengubah asam lemak menjadi benda keton. Hasilnya adalah bahwa konsentarsi benda keton dalam darah meningkat. Otak mulai menyerap benda keton dan mengoksidasinya menjadi energi. Glukosa tetap dibutuhkan sebagai sumber energi untuk sel darah merah dan otak terus menggunakan glukosa dalam jangka waktu terbatas. Glukosa tersebut dioksidasi menjadi energi dan digunakan sebagai sumber karbon untuk sintesis neurotransmitter. Namun, glukosa tetap dihemat penggunaannya sehingga hati lebih sedikit menghasilkan glukosa selama puasa jangka panjang dibandingkan selama puasa singkat.
Karena simpanan glikogen dalam hati habis dengan puasa sekitar 30 jam, glukoneogenesis adalah satu-satunya proses yang digunakan hati untuk memasok glukosa ke dalam darah. Asam amino yang dihasilkan oleh penguraian protein otot terus berfungsi sebagai sumber utama karbon untuk glukoneogenesis. Namun, karena kecepatan glukoneogenesis menurun selama puasa jangka panjang, protein otot juga dihemat, yakni tidak banyak protein otot yang digunakna untuk proses glukoneogenesis. Akibatnya, karena produksi glukosa menurun, produksi urea juga berkurang selama puasa jangka panjang dibandingkan dengan produksi pada puasa singkat. Besarnya jumlah jaringan adiposa dalam tubuh kita menjadi penentu utama seberapa lama kita dapat berpuasa, karena jaringan adiposa merupakan pasokan energi utama bagi tubuh.
2.6 Pengaturan Metabolisme Karbohidrat Dan Lemak Selama Puasa
Pengaturan metabolisme karbohidrat dan lemak selama puasa terjadi melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Mekanisme di hati yang berfungsi mempertahankan kadar glukosa darah
Selama puasa, rasio insulin/glukagon menurun. Glikogen hati diurai untuk menghasilkan glukosa darah. Enzim untuk penguraian glikogen diaktifkan melalui fosforilasi yang diarahkan oleh cAMP. Glukagon merangsang adenilat siklase untuk membentuk cAMP, yang kemudian mengaktifkan protein kinase A. Protein kinase A melakukan fosforilasi terhadap fosforilasi kinase, yang kemudian melakukan fosforilasi dan mengaktifkan glikogen fosforilase. Protein kinase A juga memfosforilasikan glikogen sintase. Tetapi, enzim tersebut menjadi inaktif.
2. Mekanisme yang mempengaruhi lipolisis di jaringan adipose selama puasa
Sewaktu kadar insulin darah turun dan kadar glukagon meningkat, kadar cAMP di dalam sel adiposa meningkat. Akibatnya, protein kinase A diaktifkan dan menyebabkan fosforilasi lipase peka hormon. Enzim bentuk terfosforilasi ini menjadi aktif dan memutuskan asam lemak dari triasilgliserol.
3. Mekanisme yang mempengaruhi pembentukan badan keton oleh hati
Setelah dibebaskan dari jaringan adiposa selama puasa, asam lemak mengalir dalam darah dalam bentuk kompleks dengan albumin. Asam lemak ini dioksidasi oleh berbagai jaringan, terutama otot. Di hati, asam lemak dipindahkan ke dalam mitokondria karena asetil KoA karboksilase inaktif, kadar malonil KoA rendah, dan CPTI aktif. Asetil KoA, yang dihasilkan oleh oksidasi-β, diubah menjadi badan keton.
2.7 Adaptasi Fisiologis Kebutuhan Energi Saat Puasa
1. Perubahan metabolik selama puasa
Dua jam setelah makan kadar glukosa dalam darah mulai turun. Hal ini mengakibatkan kadar insulin berkurang dan kadar glukagon meningkat untuk melepas bahan bakar dari simpanan dalam tubuh dibantu oleh perubahan kadar hormon. Glikogen hati mengalami glikogenolisis yang menghasilkan glukosa untuk disalurkan ke dalam darah, hal ini untuk mempertahankan kadar glukosa dalam darah di rentang 80-100 mg/dL. Jika puasa berlanjut hati akan menghasilkan glukosa dengan glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa dari senyawa nonkarbohidrat. Laktat, gliserol, dan asam amino merupakan sumber karbon untuk glukoneogenesis. Saat karbon asam amino diubah oleh hati menjadi glukosa, nitrogen yang terkandung dalam asam amino akan diubah menjadi urea.
Asam lemak berfungsi sebagai bahan bakar utama tubuh selama puasa. Asam lemak dihasilkan dari proses lipolisis triasilgliserol. Asam lemak di oksidasi oleh sebagian besar jariangan tetapi hati hanya parsial mengoksidasi asam lemak dan menghasilkan molekul-molekul kecil disebut badan keton yang akan digunakan oleh jaringan lain.
2. Peran glukosa selama puasa
Satu jam setelah makan kadar glukosa dalam darah meningkat, maka insulin meningkat dan terjadi pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar. Dua jam setelah makan merupakan rentang puasa dimana kadar glukosa dalam darah menurun menyebabkan pancreas menurunkan sekresi insulin. Dengan bantuan sinyal hormon maka hati melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Glukosa adalah bahan bakar utama untuk jaringan seperti sel-sel darah merah , otak, susunan saraf. Hati sangat penting perannya untuk mempertahankan kadar glukosa. Hati dapat menghasilkan glukosa dengan glikogenolisis dan gluconeogenesis.
3. Peran jaringan adiposa selama puasa
Triasilgliserol merupakan sumber utama energy selama keadaan puasa. Melalui proses lipolisis menghasilkan gliserol yang digunakan untuk glukoneogenesis dan asam lemak digunakan sebagai bahan bakar utama tubuh. Asam lemak digunakan sebagai bahan bakar jaringan misal otot dan ginjal, yang mengoksidasinya menjadi asetil KoA kemudian menghasilkan ATP. Hal ini membutuhkan energi dalam jumlah besar sehingga mendorong terjadinya reaksi didalam hati. Aseti KoA diubah menjadi badan keton, asetoasetat dan ß-hidroksibutirat yang dilepas kedalam darah. Badan keton ini dapat dioksidasi di jaringan, dalam jaringan tersebut asetoasetat dan ß-hidroksibutirat diubah menjadi asetil KoA kemudian menjadi CO2 dan H2O dan dihasilkan energy.
2.8 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Tubuh
Manfaat berpuasa bagi kesehatan tubuh terdiri dari beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan anabolisme dan katabolisme
2. Tidak mengakibatkan pengasaman dalam darah
3. Tiadak berpengaruh pada sel darah manusia
4. Puasa pada penderita Diabetes tipe 2 tidak berpengaruh
5. Penurunan glukosa dan berat badan
6. Bermanfaat bagi jantung
7. Bermanfaat bagi ibu hamil
8. Memperbaiki dan merestorasi fungsi kinerja sel
9. Sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin
10. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
11. Penurunan berbagai hormon yang merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang
12. Bermanfaat dalam pembentukan sperma
13. Memperbaiki hormon testosteron dan performa seksual
14. Memperbaiki kondisi mental secara bermakna
15. Menurunkan adrenalin
16. Peningkatan komunikasi psikososial baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada penyusunan makalah ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Puasa adalah suatu bentuk aktivitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari hingga matahari terbenam dengan berniat terlebih dahulu.
2. Proses biokimia dalam tubuh orang yang berpuasa yaitu secara biokimia sel yang ada dalam tubuh kita dilihat dari segi reproduksinya terbagi dua, yaitu meosis dan mitosis. Meosis terjadi pada sel reproduksi 1 sel membelah jadi 4, sedangkan Mitosis terjadi untuk berbagai jenis sel dari ujung rambut ujung kaki dengan proses pembelahan sel 1 menjadi 2, 2 jadi 4 dan seterusnya. Proses penggantian sel membutuhkan waktu, lamanya penggantian suku cadang secara menyeluruh dari ujung rambut ke ujung kaki sekitar 30 hari. Berpuasa dijalankan selama satu bulan gunanya memberikan waktu yang cukup bagi terjadinya regenerasi sel secara sempurna.
3. Metabolisme yang terjadi dalam tubuh orang yang berpuasa terbagi menjadi dua yaitu fase penyerapan makanan dan fase pasca penyerapan makanan. Pada fase penyerapan makanan, makanan yang kita makan dalam bentuk molekul kompleks seperti karbohidrat polisakarida, protein, dan lemak akan didigesti di saluran cerna menjadi molekul sederhana seperti glukosa, asam amino, asam lemak, dan gliserol. Molekul sederhana ini akan diabsorbsi (diserap) dan ditranspor dari usus ke hati. Selanjutnya dimetabolisme di hati dan dibawa ke jantung untuk didistribusikan ke seluruh sel tubuh melalui aliran darah dan dimanfaatkan sebagai sumber energi dan bahan baku untuk sintesis makromolekul yang dibutuhkan. Absorbsi makanan ini berlangsung antara tiga sampai enam jam, tergantung jumlah dan kandungan makanan yang dikonsumsi saat sahur.
4. Kadar glukosa darah memuncak pada sekitar 2 jam setelah makan sahur karena proses glikolisis, empat jam setelah itu, kadar kembali ke rantang puasa (antara 80-100 mg/dL) seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Penurunan glukosa menyebabkan penurunan sekresi insulin. Hati berespon terhadap hal ini dengan memulai degradasi simpanan oksigen dan melepaskan glukosa dalam darah. Pada awalnya, simpanan glikogen diuraikan untuk memasok glukosa ke dalam darah (glikogenolysis), tetapi simpanan ini terbatas. Walaupun kadar glikogen hati dapat meningkat sampai 200-300 g setelah makan, hanya sekitar 80 g yang masih tersisa setelah puasa 1 malam. Hati memiliki mekanisme lain untuk menghasilkan glukosa darah.
5. Manfaat puasa bagi kesehatan tubuh antara lain bahwa puasa dapat membantu mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes dan banyak penyakit dan gangguan yang kita lihat sekarang.
3.2 Saran
Diharapkan para pembaca dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan nyata. Karena sadar akan banyaknya kekurangan-kekurangan dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Firda, A.W., 2014. Kebaikan Puasa Dan Hubunganya Dengan Biokimia https://firdaayuwinarti95.wordpress.com/2014/05/28/kebaikan-puasa-dan- hubunganya-dengan-biokimia-makalah/
Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar. EGC : Jakarta.
Rachma, 2014. Perubahan Metabolism Puasa http://ainirachma.blogspot.co.id/2014/01/perubahan-metabolisme-puasa- dan.html
Marks DB, Marks AD, Smith CM., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis. Edisi I. EGC: Jakarta
Sherwood L., 2004. Human Physiology From Cells to Systems. Edisi 5. Brooks/Cole-Thomson Learning: USA
Mac donald, I., 2003. Carbohydrates : Metabolism of Sugar. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar